Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Blusukan in Review Gaya Jokowi

Gaya blusukan lebih cocok untuk kepemimpinan di wilayah-wilayah yang memiliki luas daerah yang tidak begitu luas. Seperti di kota madya atau kabupaten, bahkan di provinsi bisa jadi terlalu luas untuk gaya mendengar blusukan.

Sedang untuk level negara seperti Indonesia yang memiliki wilayah teritorial yang besar, blusukan akan kurang maksimal untuk diterapkan untuk menyerap aspirasi. Jika dengan gaya blusukan bisa jadi seorang yang melaksanakan di Indonesia akan kehabisan energi, waktu dan tenaga sedang hasilnya tidak merata di seluruh dataran-dataran, lereng-lereng gunung, pantai-pantai, pasar-pasar, TPI, mall-mall, vila dsb. Karena blusukan mestinya bukanlah dengan sampling, melainkan dengan pendekatan ke populasi.

Jadi teringat kelatahan pasca reformasi, ketika banyaknya yang disebut penyampian aspirasi dengam demonstrasi maka kekuatan-keuatan politik, aspirasi seolah dapat dipegang oleh mereka yang berduit, karena mereka mampu membiayai orang-orang yang berdemo. Yaitu mereka dibayar jika mau menjadi 'pasukannya' dalam berdemo. Bahkan mereka yang menjadi 'pendemo bayaran' sering tak tahu apa yang sedang didukungnya, untuk apa? namun hanya urusan mendapat uang dari ikutnya mereka berdemo. Sepertinya tak sedikit berita tentang bisnis orang untuk menggerakan massa untuk berdemo.

Maka jika gaya jemput bola, 'blusukan' sedang itu diumumkan/diberitahukan dahulu kemana daerah tujuan blusukan itu. Maka tentu logis ada peluang bisnis baru, berupa menjadi rakyat tujuan blusukan dengan bayaran. Agar membawa keluhan, agar bisa beraspirasi sesuai keinginan si pembayar.

Tapi intinya blusukan itu lebih implementatif untuk pemimpin di wilayah yang tak begitu luas, seperti kabupaten, atau kota, sedang untuk negara mungkin seperti vatikan atau monaco. Sedang untuk Wilayah Negara kemampuan berpikir strategis, manajerial lebih dibutuhkan. Meskipun inputan data juga harus yang mendekati realita di lapangan, aspirasi murni yang bisa dijalankan oleh pemimpin yang jujur/amanah tapi di level bawahnya, pimpinan daerah, unit teknis atau tenaga lapangan. yang mereka tidak begitu terbelenggu dengan penataan paspampres, maner atau pengamanan detil ketika seorang pemimpin ke bawah.

Hanya tinjauan yang sepertinya logis.